Sabtu, 01 Maret 2014
Yuda Agustian - Leader Hizteria Street & Dosen Kuliner
Tristar Institute Kaliwaron
PERLAHAN tapi
pasti! Itulah gerak perkembangan Tristar Culinery Institute (TCI) pimpinan Ir
Juwono Saroso. Dalam rentang lima tahun berkiprah, Juwono mampu mengembangkan usahanya
di bidang pendidikan masak-memasak yang lagi booming itu. Salah satunya adalah Tristar Institute Kaliwaron (TIK) yang baru
lahir pada Oktober 2013
“Sebelum ini
kami juga membuka kampus yang sama di BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang,”
jelas pria yang menjabat sebagai Ketua Yayasan Majapahit Tourism Academy
(MATOA) ini. Selain itu, MATOA juga membidik Makassar dan Timor Leste. “Doakan
saja akan muncul tempat-tempat pendidikan yang sama di berbagai daerah,”
ucapnya serius.
Juwono bukan
hanya bermimpi akan mengguritanya dunia pendidikan berbasis kulineri ini. Dia
sudah melihat perkembangan dunia koki itu begitu pesat dan dapat dukungan dari
masyarakat. Itu terbukti dengan adanya program kulineri di semua stasiun
televisi. “Kami harus cerdas menangkap keinginan masyarakat itu,” tegas bapak
tiga anak yang kedua putrinya sudah menjadi chef cilik ini. Putri pertamanya
Fiona Angeline, pelajar kelas IX SMP Santa Maria pernah jadi Koki Cilik selama
tiga tahun di TV Anak Spacetoon, dan adiknya Cindy Octavia, yang baru kelas 4 SD, sering tampil dalam acara masak untuk
anak-anak yang di program Dahsyat RCTI.
Itu sebabnya, Juwono bersama
para stafnya ingin membaktikan diri di dunia pendidikan ini. Dia tidak ingin
hanya berobsesi, namun bukti nyata dilakukan dengan daya upaya untuk membangun
lagi fasilitas belajar mengajarnya yang
memadai. “Para dosen yang mengajar juga dosen pilihan,” kata pria berkacama ini.
Terdapat tiga dosen muda usia yang memiliki kualitas di bidang kulineri dan
pastry.
Adalah Yudha
Agustian yang dilantik sebagai dosen utama sekaligus kepala akademik. Dari
sentuhan chef muda yang di MATOA dikenal kordinator café dan ketua tim kreatif
inilah, Juwono berharap TIK mampu
melahirkan chef handal dan profesional. Dan, target Juwono itu tak akan bertepuk
sebelah tangan. Brondong jebolan MATOA pada 2009 itu yakin sekali bahwa TIK
bakal mendongkrak kualitas lulusan yang tak kalah dengan mahasiswa mantan
kampusnya.
Mengapa?
Modulasi pendidikan di TIK tidak sama. “Konsep pendidikannya menitikberatkan pada
kemahiran mahasiswa dalam kulineri dan pastry,” tegas Yudha. “Mahasiswa
Tristar Kaliwaron tidak hanya belajar memasak saja, tetapi juga belajar mempresentasikan menu secara Buffet & Set Menu . Mereka juga
harus aktif berbahasa Inggris dalam kesehariannya,” sambung dosen tamatan SMA
NEGERI 1 Batu ini.
Yudha mengakui
mahasiswa TIK harus aktif berbahasa Inggris, lantaran mereka nanti harus
menjadi chef internasional. Untuk
mengaplikasikan pola pendidikan ini, TIK sudah menjalin kerjasama dengan
institusi luar negeri. CEO Kapal Persiar Royal Carabian sudah menandatangi MoU
yang berdurasi dua sampai tiga tahun. Selain itu juga ada Celebrity dan World
Disney. Sehingga destinasi mereka bukan hanya pesiar di Asia Pasifik, tapi juga
Eropa dan Amerika Latin. “Jadi siswa Tristar Kaliwaron nanti siap diberangkatkan ke
kapal pesiar itu,” jelas Yudha sembari menyebut Royal Carabian juga member
salery 1.200 sampai 1.400 USD perbulan.
Bahkan,
menurut dia, perusahaan Jerman Nort Event Hamburg juga telah menjalin kerja
sama khusus untuk intensif program selama enam bulan. “Matoa satu-satunya
kampus perhotelan yang mengikat kerjasama dengan Nort Event. Dengan adanya
jaringan ini, mahasiswa akan diuntungkan dengan link yang bisa bekerja dan
berkarir di sana,” jelas Yudha bangga. Bulan April direncanakan, ada 3 mahasiswa yang akan kerja di Jerman dengan Visa Kerja Resmi.
Untuk menjadi
mahasiswa di TIK, kata pria tampan ini, harus lulus seleksi minat dan bakat.
”Bahasa Inggrisnya kami nomor duakan, karena setelah masuk TIK, mereka akan
dibimbing sambil kuliah agar lancar bahasanya,” sambungnya. “Yang jelas, di
Kaliwaron pendidikannya ketat dan disiplin waktu. Atticute dan caracter
building kita utamanya, karena mereka
akan bekerja dengan dunia internasional,” tegasnya lagi.
Format kuliahnya,
tidak sama dengan program di MATOA. Mahasiswa TIK mendapat pelajaran seminggu
teori dan seminggu kemudian praktikum. “Kalau mahasiswa Jemursari setiap hari
praktik. Mahasiswa TIK tidak. Sehingga biaya praktik mahasiswa Tristar Kaliwaron lebih
hemat,” akunya. Di TIK memiliki fasilitas satu laboratorium kulineri dan satu
laboratorium pastry serta dua kelas teori.
Keunggulan
lainnya, menurut Yudha, di TIK menekankan pada pendalaman materi. Terutama basic
teknologi pangan dan program kapal pesiar. Para mahasiswa hanya akan kuliah
selama dua tahun di jurusan kuliner dan pastry. Mereka rata-rata berusia lulus
SLTA dan mahasiswa umum yang usianya maksimal
35 tahun. Bagi yang ingin meningkatkan statusnya bisa transfer kuliah ke
Diploma-3 di MATOA. “Angkatan pertama
baru diikuti 15 mahasiswa yang didampingi satu dosen pastry, satu dosen kuliner
dan satu dosen MKU (mata kuliah umum),” jelasnya.
Agar mahasiswa
nyaman belajar, pembangunan fisik gedung di Jalan Kaliwaron 58-60 itu, didesign
dengan interior yang tak mau kalah dengan Kampus MATOA di Jalan Jemursari 234
Surabaya. Mulai laboratorium pastry dan
kulineri hingga café, tempat praktikum
mahasiswa amat representative. Malah ada ruang tata boga yang berbentuk hall
yang luas. Tempat ini akan dipakai mahasiswa untuk menyajikan
hasil kuliahnya.
Diperkirakan pada
tahun ajaran baru, Juli 2014 nanti, TIK yang memiliki fasilitas lengkap ini, akan di Grand Opening-kan. “Kita sudah melakukan
promo di kampus ekspo di kota-kota besar. Mudah-mudahan animo masyarakat cukup antusias
menyambut program pendidikan di Tristar Institute Kaliwaron ini,” harap Yudha.
(amu)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Halo saya Irham dari Greenpack, Jika Anda berminat untuk membranding usaha makanan Anda, maka Anda wajib menggunakan Box Makanan kami. Sebab kami juga memberikan layanan free cetak desain suka-suka.
BalasHapus